Pages

Thursday 5 December 2013

Takdir Hidupku Part 1



Hidup. Hidup. Hidup. Bumi.bumi.bumi. dunia fana ini membuat diriku akan sadar adanya Allah SWT yang telah menggariskan baik dan buruknya kejadian yang menimpaku . Alam roh dimana aku dan Allah membuat perjanjian dan aku pun tak tahu apa itu?
Tapi setidaknya aku tahu setelah aku terlahir didunia ini bahwa aku punya Allah SWT, punya kedua orang tua yang telah dipersiapkan untukku dan pastinya yang terbaik untukku karena aku tak dapat memilih dari rahim mana aku dilahirkan dan dengan orang tua mana aku tinggal. Pasti kedua orang tuaku sekarang adalah orang yang terbaik untuk mengasuhku, membimbingku dan memberikan pelajaran bagiku yang berguna kelak untuk hidupku di dunia dan akhirat.
Bicara soal dunia dan akhirat, tidak terlepas dari takdir Allah nantinya padaku. Aku tau takdir ada yang bisa dirubah tergantung kita dan ada yang memang udah ditetapkan. * inget-inget pelajaran SD. Dan aku percaya akan hal itu. Ada yang baik bagiku untuk membuatku semakin bersyukur kepada Allah ada yang jelek sebagai bahan instropeksi diri dan memicu untukku lebih dekat kepada Allah. Aku senang ditakdirkan dengan berbagai tipe manusia yang mengelilingiku, yah tapi aku tak bisa menghitung semua manusia itu. Mungkin ribuan. .haha alay. Tapi apakah mereka memang ditakdirkan untuk bertemu denganku? Buat apa coba?
Namun sedikit demi sedikit, seiring berjalannya waktu. Semakin tumbuh diriku yang kurus ini. Aku tahu memang ada maksud dari semua ini. Flash back dari aku kecil.
Aku dilahirkan di sebuah rumah praktik bidan minggu.16 oktober 1994 pukul 7 pagi ( catatan di akte ) kenapa aku dilahirkan disitu? Takdir? Ya memang takdir. .tapi kenapa? Mungkin Allah mengerti kondisi keuangan ortuku, kalau lahir di rumah sakit, udah ribet mahal lagi. Sesederhana itu saja sih pemikiranku. Jadi aku tidak menyesal tidak lahir di rumah sakit.
Beranjak dewasa. Aku mulai ingin adik karena dulu dalam pikiranku bosen dirumah sendiri. Dan akhirnya ada adik. Dulu tak berpikir adik datang dari mana. Haha. Kenapa ada adik? Mungkin Allah ingin menceriakan hariku dan keluargaku dengan bertambahnya satu personil lagi. Dan membuatku belajar satu hal yaitu berbagi dan menyayangi saudara ( 2 hal ternyata. .haha )
Lalu entah kenapa aku pengen punya adik lagi. .haha. .biar tambah rame. Tapi Allah berkehendak lain. Ibu sempat hamil 2 kali namun keduanya tidak berakhir dengan bahagia. Kenapa? Takdir? Ya memang itu takdir. Tapi apa secepat itu? Kenapa Allah begitu jahatnya mengambil adikku? Tapi aku mulai sadar kenapa Allah mentakdirkan seperti itu. Mungkin Allah sedang menguji ketaqwaan keluargaku.apakah setelah adikku tiada, keluargaku termasuk aku masih mau bertawakal kepadaNya? Dan aku belajar 2 hal lagi, yaitu kematian itu pasti tapi hanya Allah yang tau dan ikhlas menerima keadaan yang membuat kita sebenernya itu berat untuk meninggalkannya.
Kemudian sekolah. .apa gunanya? Takdir juga? Ya memang takdir, karena takdir kita adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tapi apa jadi pemimpin itu adalah orang yang tidak berilmu? Yang tidak tau apa-apa? Makanya kita harus sekolah. Belajar dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Itu lah takdir kita sebagai manusia.
Awal belajarku adalah playgroup. Ya sebenernya semacam sekolah untuk kita bermain dan tau potensi awal kita. Disitu aku mempelajari sesuatu bahwa orang tua memang menemani kita tapi ada saatnya kita harus mandiri. Dari situ aku belajar mandiri sebagai anak 5 tahun yang masih polos disuruh sekolah tanpa ditemani ibu. Awalnya aku menangis tidak mau ditinggal, harus ditemani dan bla bla bla. Namun begitu aku tau kenapa? Aku pun sadar bahwa memang ada waktunya ibu meninggalkanku saat itu.
Lanjut ke TK atau taman nak kanak. .disitu aku tumbuh semakin besar dan bertemu dengan banyak teman. Di TK lah awal aku mendapatkan sahabat. Namanya Fushul. Aku dan dia sering main bareng dan ibu kita juga akrab. Namun saat naik ke TK B dia pindah ke Sumatra. Kenapa? Takdir lagi? Ya memang takdir. Disitu aku belajar 2 hal lagi, bahwa aku tak hidup sendiri, ada teman yang akan membantuku, bersenang-senang bareng dan hal asyik lain tapi saat dia udah pergi aku belajar bahwa persahabatan yang baik bukan seberapa lama aku bersamanya tapi persahabatan yang baik adalah saat aku memberikan kesan yang baik saat awal kita bertemu maupun saat salah satu dari kita pergi.
Tumbuh dan tumbuh. Waktunya aku menginjak SD. Disitu aku berangkat sendiri. Masa-masa mengayuh sepeda ontel kecil. “Sekarang udah dijual sepedanya”. Di SD ku tercinta SDN Bangsal 1, makin banyak aku bertemu teman. Pengalaman semasa anak-anak begitu banyak. Dari awal yang uang jajan Cuma 100 jadi 1000 karena dapet nilai 100 matematika.hehe. dari situ aku belajar arti usaha. Faktor suksesku bukan untuk dapet nilai 100, tapi faktornya adalah uang jajan 1000 makanya harus dapet nilai 100. Rasanya puas. Poinnya itu. Dari hal itulah ibu mengajar dan membimbingku dan dengan jasa ibulah aku berhasil memberikan piala pertama kepada orang tuaku dan sekolah. Kalau gak salah ke 3 SD, aku ikut lomba cerdas cermat waktu itu. Aku belajar lagi, bahwa kesuksesan tak lepas dari orang-orang disekelilingku yang telah membantu, tanpa mereka aku tak bisa sendiri dapatkan piala itu. Piala keduaku yaitu murid teladan kecamatan. Ya meskipun Cuma kecamatan aku bersyukur karena aku masih bisa membuat keluargaku bangga. Itu kalau ga salah aku kelas 5 SD. Dan karena aku merasa terlalu pintar di SD, aku mulai ada kesombongan. Mulai dari ga merhatiin guru kalau lagi mengajar, rame sendiri, bolos sekolah ( maen PS ), berantem sama temen ( jamannya smack down ) dan jadi bandel pokoknya padahal mau ujian. Disitu aku mendapat teguran dari guruku kelas 6 ( Bu Sum ) terima kasih Bu Sum. .:) beliau berkata,” kamu memang pintar, tapi janganlah kepintaranmu itu membuatmu sombong.” Dari situ aku berpikir dan belajar, bahwa hidup ga Cuma butuh kepintaran saja tapi attitude  yang baik juga sangat penting. Dari situ aku berubah dan ga bandel lagi.
Di SD pula aku menemukan bakatku yaitu menggambar dan sepak bola. Karena aku suka nonton anime di TV jadi aku suka gambar dan juga Bu Rukti ( guruku kelas 5 ) yang membimbingku untuk menggambar. Terima kasih Bu. Dan situ aku mulai ikut lomba ke kabupaten dan alhamdulillah dapet juara meskipun ga juara 1. Tapi itu sudah cukup membuatku bahagia. Untuk sepak bola, memang itu olahraga yang paling aku suka. Disitu yang membimbingku yaitu guru olahragaku ( Pak Putut ). Dia mengarahkanku, dan beliau mendapatkan posisi yang pas buatku yaitu striker. Memang  menyenangkan. Dan beliau menyarankanku untuk ikut club bola. Namun apa daya, orang tua ku tidak mengizinkan untuk itu. Aku harus terima itu. Meskipun sudah aku buktikan dengan ikut turnamen bola dan memenangkannya namun orang tuaku tak bergeming. Dari kedua bakatku itu aku belajar, bahwa setiap orang mempunyai bakatnya masing-masing. Dan itu didapatkan ketika kita enjoy dan menyukai hal itu. Dan itu semua adalah takdir. Aku juga belajar bahwa orang tua tidak akan menjebloskan kita ke hal negatif, tapi mereka mengerti apa yang terbaik bagi kita. Aku tidak menyalahkan mereka yang tidak mengikutkanku ke dalam club bola karena aku tahu bahwa mereka tau apa yang terbaik bagiku.
Di SD pula awal adanya rasa suka terhadap lawan jenis. Katanya sih cinta monyet itu. Melihat teman-teman cowok dan cewek bersama dan itulah pacaran katanya. Itulah awal mengenal kata itu. Tapi saat SD aku belum punya rasa-rasa seperti itu, dalam pikiranku Cuma main. Haha. Maen PS apalagi. tapi aku tau ada cewek yang suka denganku, sampe ngasih hadiah. Dan aku biasa aja. Maaf ya miss x. Dari situ aku belajar bahwa, setiap orang memang diciptakan untuk berpasang-pasangan dengan sejenisnya ( sesama manusia dan lawan jenis ). Tapi ada waktunya hal-hal itu terjadi. Yang penting jangan Maho atau lesbi. Cacat itu. .
Cukup sekian perjalanan selama 12 tahun diriku.
Bersambung...........

0 comments:

Post a Comment